Pengelolaan Sampah Kini Solusinya Tak Terbatas

Halo, bertemu lagi di artikel HPSN Series #2! Di artikel sebelumnya, kami sudah membahas seluk beluk permasalahan berbagai jenis sampah di Indonesia. Pastinya Generasi Hijau sepakat kalau masalah ini sudah mendesak untuk segera diselesaikan sebelum kita tidak mampu memperbaiki kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh masalah sampah, bukan?

Untuk menyelesaikan masalah ini, peran masing-masing individu tentu penting untuk membiasakan gaya hidup ramah lingkungan. Namun, ada peran yang tak kalah penting, yaitu peran dari para inovator yang menciptakan berbagai inovasi kreatif solusi pengelolaan sampah untuk skala industri. Seperti apa saja inovasi terkini solusi pengelolaan sampah? Cek selengkapnya di sini!

Inovasi Pengurangan Sampah

Foto Bulk Store (Liandro N. I. Siringoringo)
Foto Bulk Store (Liandro N. I. Siringoringo)

Inovasi pengelolaan sampah yang menjadi garda terdepan untuk mencegah timbulnya sampah adalah inovasi pengurangan sampah. Saat ini, berbagai gebrakan solusi kurangi sampah organik maupun anorganik menawarkan kemudahan layanan melalui teknologi dengan dampak yang besar dan luas. Inovasi tersebut datang dari Surplus, Food Cycle, dan bulk store.

Surplus dan Food Cycle sama-sama bergerak untuk mengurangi jumlah sampah sisa makanan. Hanya saja strategi yang mereka terapkan berbeda. Dalam menangani sampah sisa makanan, Food Cycle berupaya untuk mengatasi kelaparan pada masyarakat yang kurang mampu. Mereka mengumpulkan sisa makanan yang masih layak dari industri makanan maupun donasi untuk didonasikan kepada orang yang membutuhkan. Sedangkan Surplus mengurangi sampah sisa makanan dengan menyediakan platform bagi penggunanya untuk jual beli sisa makanan yang masih layak konsumsi. Sisa makanan dijual oleh industri makanan dan dapat dibeli oleh konsumen umum. Inovasi tersebut tentunya berdampak baik untuk mengurangi jumlah sampah sisa makanan yang dihasilkan dari aktivitas industri makanan maupun konsumsi pribadi.

Selain mengurangi sampah organik berupa sisa makanan, sampah anorganik tetap harus kita cegah. Bulk store adalah inovasi yang hadir untuk mengurangi produksi sampah baik organik maupun anorganik. Bulk store adalah toko yang menjual barang-barang kebutuhan sehari-hari yang menerapkan prinsip zero waste. Berbelanja di bulk store, kita harus menyediakan wadah untuk tempat barang yang kita beli karena produk bulk store tidak menyediakan kemasan sekali pakai seperti kemasan plastik alias menerapkan sistem isi ulang. Kita juga harus membawa tas belanja sendiri karena tidak tersedia kantong plastik. Barang-barang yang dijual juga ramah lingkungan. Berbelanja di bulk store juga membantu mencegah sampah sisa makanan karena kamu bisa menakar sendiri kebutuhan pangan yang perlu kamu beli.

Inovasi Pengumpulan dan Pengolahan Sampah

Foto Startup Pengelolaan Sampah (Gringgo.co)
Foto Startup Pengelolaan Sampah (Gringgo.co)

Saat ini di Indonesia, banyak sekali inovasi yang bergerak untuk mengelola sampah berbasis teknologi. Inovasi ini melahirkan startup pengelolaan sampah dan teknologi pengumpulan sampah. Tak hanya mengumpulkan sampah, namun juga mendaur ulang sampah yang terkumpul agar menjadi barang yang memiliki nilai guna. Mereka yang menyediakan layanan seperti Waste4Change, Gringgo, Mall Sampah, Reciki, Rapel dan Sungai Watch yang menawarkan teknologi pengumpul sampah sungai.

Walaupun bergerak dalam bidang yang sama, namun masing-masing startup tersebut bergerak di sektor yang berbeda. Misalnya saja Waste4Change dan Gringgo yang bergerak di sektor rumah tangga dan bussiness to bussiness mengelola sampah dari masyarakat umum yang mengikuti layanannya dan melayani berbagai perusahaan untuk mengelola sampah mereka. Khusus untuk yang bergerak di sektor rumah tangga, ada Rapel yang siap mengelola sampah anorganik dari kliennya yang sudah terpilah.

Inovasi ini tentunya memberi dampak positif. Selain membersihkan lingkungan, inovasi sampah bisa membuka peluang bisnis startup yang akan membuka lapangan pekerjaan, mendatangkan laba, bahkan para klien sampah juga bisa memperoleh keuntungan dari sampah yang ditukarkan menjadi uang. Walaupun beberapa startup masih belum mampu mendaur ulang sampah yang didapat, mereka masih memiliki semangat untuk mengupayakan daur ulang sampah dengan bekerjasama dengan industri daur ulang sampah. Sementara, yang sudah mampu mengolah sampahnya tentu sudah berhasil membentuk kebiasaan pilah sampah bagi kliennya agar startup dapat mengolah sampah yang terpilah sesuai jenis dan produknya.

Inovasi teknologi juga hadir dari Citarum Repair yang menciptakan penghalang sampah (trash barrier) dan alat pengumpul sampah bertenaga surya yang di pasang di Sungai Citarum untuk mencegah sampah plastik berakhir ke laut. Sungai Citarum merupakan sungai terkotor di Indonesia. Tak sekedar mengumpulkan sampah dari sungai, mereka juga mendaur ulang sampah yang dikumpulkan. Di bali, juga terdapat Sungai Watch yang telah berhasil mengumpulkan 333 ton sampah di sungai Bali pada tahun 2021 lalu dengan memasang 105 penghalang sampah.

Inovasi Daur Ulang Sampah Organik

Foto Maggot (Jiri Birtnik / Unsplash)
Foto Maggot (Jiri Birtnik / Unsplash)

Sampah organik memiliki jumlah yang paling banyak di Indonesia. Untuk mengatasi masalah ini, tentunya butuh banyak inovasi dan ide kreatif pengelolaan sampah organik yang diwujudkan dalam bentuk tindakan. Aksi yang saat ini marak dilakukan adalah pembuatan kompos dan maggot.

Kompos adalah pupuk organik yang dibuat dari bahan sampah organik seperti sisa makanan, kayu, ranting, daun, dan rumput yang melalui proses pelapukan oleh bakteri pembusuk. Proses pembuatannya cukup mudah dan tidak memakan waktu lama. Pembuatan kompos memerlukan waktu 1-3 bulan sampai pupuk siap dipanen.

Hasil dari mengolah sampah organik menjadi kompos dapat digunakan mulai dari skala rumah tangga dan industri. Untuk rumah tangga, pupuk yang dihasilkan bisa Generasi Hijau gunakan untuk menyuburkan tanaman di rumah, sehingga Generasi Hijau tidak perlu membeli pupuk lagi. Untuk skala industri, kompos bisa dijadikan peluang bisnis dengan menjual hasil olahan pupuk pada jangkauan pasar yang lebih luas.

Selain kompos, maggot juga bisa menjadi pilihan untuk mengolah sampah organik skala industri. Maggot (Black Soldier Fly) merupakan larva yang akan bermetamorfosis menjadi lalat. Budidaya maggot sangat berkontribusi untuk pengurangan sampah organik karena 1 kg maggot mampu menghabiskan 2-5 kg sampah organik per harinya. Jika dihasilkan dalam skala industri, tentu sampah organik yang menjadi makanannya akan semakin berkurang menjadi sampah.

Budidaya maggot dinilai sangat menguntungkan karena proses budidayanya yang mudah dan tingginya permintaan pasar karena protein tinggi yang terkandung pada maggot sangat baik untuk pakan ternak. Memperbanyak budidaya maggot bisa menjadi salah satu strategi untuk mengurangi sampah organik secara alami.

Inovasi Daur Ulang Sampah Plastik

Foto Olahan Ecobrick Oleh Rebricks (Aviaska Wienda S)
Foto Olahan Ecobrick Oleh Rebricks (Aviaska Wienda S)

Tak kalah dari inovasi pengolahan sampah organik, inovasi pengolahan sampah plastik juga terus bermunculan. Salah satunya adalah mengubah sampah plastik menjadi batu bata untuk bahan bangunan (ecobrick). Pembuatan ecobrick dapat dilakukan dalam skala industri maupun rumah tangga. Untuk skala rumah tangga, ecobrick dapat dibuat dengan memecah sampah plastik kemasan. Lalu, sampah tersebut dimasukkan ke dalam botol plastik bekas untuk dipadatkan. Botol-botol berisi plastik tersebut, jika dirangkai bisa menjadi bahan untuk membuat meja, kursi, bahkan bangunan.

Untuk skala industri, sampah plastik akan dijadikan bahan campuran batako yang digunakan untuk membangun infrastruktur. Plastik tersebut akan dicacah dengan mesin lalu dicampurkan ke semen dan akhirnya dicetak menjadi berbagai bentuk batako seperti hollow block dan paving block. Salah satu industri yang telah mengolah sampah plastik menjadi ecobrick adalah Rebricks. Rebricks telah mampu mengolah 17.500 kg sampah plastik menjadi 10.000 kg batako.

Sektor industri memang memiliki peran dan tanggung jawab besar untuk sistem pengelolaan sampah. Sektor ini menjadi jembatan antara pemerintah dan masyarakat untuk mengatasi masalah sampah di Indonesia. Meskipun sudah banyak inovasi pengelolaan sampah yang bermunculan, bukan berarti kita tak berupaya sama sekali untuk mencegah sampah. Jadi, perilaku minim sampah tetap harus diterapkan! Masih penasaran bagaimana peranan sektor ini hadir di masyarakat?

sumber : greeneration.org[/et_pb_text][/et_pb_column]
[/et_pb_row]
[/et_pb_section]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked*