Bandung – Baru-baru ini media sosial ramai memberitakan kisah Arya, seorang anak laki-laki berusia 13 tahun di Cirebon, Jawa Barat yang mengalami depresi usai sang Ibu menjual HP kesayangannya.
Dari kesaksian sang ibu, sebelum menjual HP milik ARP, dirinya sudah meminta izin ARP terlebih dahulu, dan ARP pun sudah mengizinkan untuk menjualnya. Dirinya mengaku terpaksa menjual HP ARP demi memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pasca dijualnya HP milik korban, ARP mulai mengalami perubahan sikap yang tidak normal.
Viralnya berita ARP tentunya menimbulkan banyak reaksi yang berbeda dari Masyarakat. Pro-kontra pun bermunculan, beberapa masyarakat mengomentari tindakan yang dilakukan ibunya ARP. Namun, rekasi berbeda justru muncul dari Kang Acel, sosok penggiat Ayah Hebat yang perduli terhadap keharmonisan keluarga, dan tumbuh kembang anak.
Ditemui di Saung Bandung Youth Entrepreneur (BYE), Kang Acel memberikan reaksi dan mengambil sebuah pelajaran dari kejadian ARP. Kang Acel mengatakan bahwa setiap orang memiliki kebahagiaannya tersendiri dan setiap kebahagiaan itu tidak selalu sama saat diterima oleh manusia itu sendiri. Selasa (14/05)
“Setiap orang memiliki takaran kebahagiaan masing-masing, usahakan jangan ganggu kebahagian itu.” Tutur Kang Acel
Dari sudut pandangnya, Kang Acel menilai ada 2 tindakan besar yang dilakukan oleh ARP yang baru berusia 13 tahun.
“ARP sudah memberikan 2 pengorbanan yang luar biasa. Pertama dia sabar, rela menyisihkan uang jajannya yang tidak banyak itu untuk ditabung demi membeli HP. Kedua belajar rela dan ikhlas, ARP belajar membuat keputusan yang berat baginya saat merelakan HP kesayangannya dijual untuk membantu keluarganya”
Kang Acel juga menegaskan bahwa kejadian ini bukanlah sebuah bahan olok-olokan, bahan ejekan di sosial media atau bahkan bahan bullyian terhadap pihak manapun, justru kita harus belajar hal positif dari kisah ARP ini.
“Kejadian ini, bukan untuk ajang menghakimi siapapun. Mari kita maknai lebih bijak dan ambil sisi lainnya untuk dijadikan pembelajaran bagi kita semua. Menjadi orang tua itu tidak mudah, menjadi anak juga tidak mudah. Orang tua dan anak sama-sama belajar kembali diperannya masing-masing.”
Sampai berita ini diterbitkan, ARP sudah dikunjungi oleh pemerintah setempat dan sudah diberikan bantuan berupa HP baru sebagai upaya penyembuhan sikisnya.